Medal Sekarwangi, di era 70-an, rajin hilir-mudik di
Jakarta. Sebagaimana bus kota lainya, armada Medal Sekarwangi ketika itu masih
berupa bis berhidung. Pada era 80-an, ketika bis besar tanpa hidung makin
marak, Medal Sekarwangi mulai jarang terlihat: meski masih ada. Sosoknya masih
terlihat di Terminal Cililitan, Jakarta Timur. Hadir dengan warna merah, tanpa
hidung, Medal Sekarwangi pindah parkir ke jalur bus antar-kota. Trayeknya, yang
terus dipertahankan sampai kini ketika terminal Jakarta Timur sudah hijrah ke
Kampung Rambutan, adalah Jakarta-Sumedang: kota dan kabupaten yang memang jadi
markas besarnya. Di Sumedang, PO Medal Sekarwangi menjadi penghuni setia
Terminal Ciakar. Disebut begitu karena bis lain enggan mampir ke Terminal
Ciakar. Sebagaimana banyak terminal lain di Pulau Jawa, terminal ini hanya
ramai di musim lebaran.
Terminal Ciakar sepi karena dibangun di tempat yang tidak strategis. Dibangun pada akhir 1990-an di Kecamatan Sumedang Utara, dan direnovasi pada 2011 lalu dengan anggaran Rp 3,4 miliar dari APBD Jabar, terminal ini tidak berada di jalur antar-kabupaten atau antar-propinsi. Dia tidak berada di jalur lalu lintas dari Cirebon, Majalengka dan Kuningan yang menuju Jakarta, Subang dan Indramayu, kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub Kominfo) Kabupaten Sumedang, Teddy Mulyono. Idealnya, kata Teddy, terminal itu dibangun di Cijelag, Kecamatan Tomo, yang memang jalur lintas Timur-Barat Sumedang. Di lintasan itu sekarang lewat tak kurang dari 600-700 bis per harinya. Solusi lain, undang keramian ke sekitar terminal. Pindahkan Pasar Inpres dan Sandang Sumedang ke sekitar terminal, karena pasar di pusat kota itu sudah tak layak dan perlu renovasi.
Keinginan Pak Dishub suatu hari mungkin terwujud. Tapi yang pasti, Pak Bupati periode lalu, Endang Sukandar, tampaknya senang-senang saja dengan kondisi terminal. Terlebih di musim lebaran 2013, saat ia berkunjung ke sana, WC Terminal Ciakar tercium berbau harum.
Terminal Ciakar sepi karena dibangun di tempat yang tidak strategis. Dibangun pada akhir 1990-an di Kecamatan Sumedang Utara, dan direnovasi pada 2011 lalu dengan anggaran Rp 3,4 miliar dari APBD Jabar, terminal ini tidak berada di jalur antar-kabupaten atau antar-propinsi. Dia tidak berada di jalur lalu lintas dari Cirebon, Majalengka dan Kuningan yang menuju Jakarta, Subang dan Indramayu, kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub Kominfo) Kabupaten Sumedang, Teddy Mulyono. Idealnya, kata Teddy, terminal itu dibangun di Cijelag, Kecamatan Tomo, yang memang jalur lintas Timur-Barat Sumedang. Di lintasan itu sekarang lewat tak kurang dari 600-700 bis per harinya. Solusi lain, undang keramian ke sekitar terminal. Pindahkan Pasar Inpres dan Sandang Sumedang ke sekitar terminal, karena pasar di pusat kota itu sudah tak layak dan perlu renovasi.
Keinginan Pak Dishub suatu hari mungkin terwujud. Tapi yang pasti, Pak Bupati periode lalu, Endang Sukandar, tampaknya senang-senang saja dengan kondisi terminal. Terlebih di musim lebaran 2013, saat ia berkunjung ke sana, WC Terminal Ciakar tercium berbau harum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar